bergasnet – Sejarah GOTO: Perjalanan Menuju Raksasa Digital Indonesia.
GOTO merupakan sebuah perusahaan teknologi yang menjadi ikon dalam industri digital Indonesia, adalah hasil dari penggabungan dua perusahaan besar, Gojek dan Tokopedia.
Keduanya telah membangun reputasi yang kuat di sektor masing-masing sebelum akhirnya memutuskan untuk bersatu pada tahun 2021.
Penggabungan ini menghasilkan entitas baru yang berfokus pada ekosistem teknologi yang holistik, mencakup berbagai layanan dari transportasi, pengiriman, hingga e-commerce dan layanan keuangan.
Awal Mula Gojek dan Tokopedia
Gojek didirikan pada tahun 2010 oleh Nadiem Makarim, seorang pengusaha yang melihat peluang besar dalam pasar transportasi ojek di Indonesia. Pada awalnya, Gojek hanyalah layanan pemesanan ojek melalui telepon, namun dengan cepat berkembang menjadi platform aplikasi yang menawarkan berbagai layanan, mulai dari transportasi, pengiriman makanan, hingga pembayaran digital. Gojek sukses menciptakan revolusi dalam transportasi di Indonesia, dengan memberikan solusi praktis dan terjangkau bagi masyarakat urban.
Di sisi lain, Tokopedia didirikan oleh William Tanuwijaya dan Leontinus Alpha Edison pada tahun 2009 sebagai platform e-commerce. Tokopedia memungkinkan individu dan bisnis kecil untuk menjual produk mereka secara online, menghubungkan pembeli dan penjual di seluruh Indonesia. Tokopedia dengan cepat tumbuh menjadi salah satu platform e-commerce terbesar di Indonesia, didorong oleh dukungan dari investor besar dan kepercayaan konsumen.
Penggabungan Menjadi GOTO
Pada Mei 2021, Gojek dan Tokopedia mengumumkan penggabungan mereka untuk membentuk GOTO, singkatan dari “Gojek Tokopedia.” Penggabungan ini bukan hanya sekadar menyatukan dua perusahaan besar, tetapi juga menciptakan sebuah ekosistem digital yang luas dan terintegrasi. GOTO kini menyediakan berbagai layanan yang mencakup transportasi, pengiriman makanan, belanja online, dan layanan keuangan, menjadikannya sebagai salah satu perusahaan teknologi terbesar di Asia Tenggara.
Penggabungan ini juga dilihat sebagai langkah strategis untuk menghadapi persaingan di industri teknologi yang semakin ketat, baik di dalam negeri maupun secara regional. GOTO memiliki visi untuk menciptakan ekosistem digital yang tidak hanya memudahkan kehidupan sehari-hari masyarakat, tetapi juga memberdayakan bisnis kecil dan menengah di seluruh Indonesia.
Baca Juga : MyTelkomsel Super App: Perkembangan, Kemudahan, dan Fitur Unggulannya Hingga Kini!
Pencapaian dan Tantangan
Sejak pembentukannya, GOTO telah mencatatkan berbagai pencapaian penting, termasuk meluncurkan layanan baru dan memperluas ekosistem digitalnya. Namun, perjalanan GOTO tidak sepenuhnya mulus. Seperti banyak perusahaan teknologi lainnya, GOTO menghadapi tantangan besar dalam mencapai profitabilitas, terutama mengingat skala operasinya yang sangat besar.
Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi oleh GOTO adalah kerugian operasional yang terus-menerus dialami. Pada tahun 2023, GOTO mencatatkan kerugian operasional sebesar Rp10,3 triliun, yang sebenarnya telah berkurang 66% dari tahun sebelumnya yang mencapai Rp30,3 triliun. Meskipun pengurangan kerugian ini merupakan pencapaian yang signifikan, GOTO masih harus bekerja keras untuk mencapai profitabilitas.
Selain itu, GOTO juga menghadapi kerugian besar akibat pembalikan aset goodwill dari divestasi PT Tokopedia. Nilai kerugian ini mencapai Rp78,86 triliun. Goodwill adalah aset tak berwujud yang terkait dengan pembelian satu perusahaan oleh perusahaan lain, dan mencakup aspek-aspek seperti nilai dari nama perusahaan, reputasi merek, basis pelanggan, layanan pelanggan yang baik, hubungan karyawan, dan teknologi. Kerugian ini mencerminkan tantangan besar yang dihadapi oleh GOTO dalam mengelola dan mengoptimalkan aset yang dimilikinya.
Kinerja Keuangan dan Pertumbuhan
Meskipun menghadapi berbagai tantangan, GOTO masih menunjukkan pertumbuhan dalam beberapa aspek kinerja keuangannya. Pada tahun 2023, GOTO mencatatkan gross transaction value (GTV) sebesar Rp606,5 triliun, meskipun turun tipis 1,1% dari setahun sebelumnya. Penurunan ini mungkin mencerminkan dampak dari persaingan yang semakin ketat di industri teknologi, serta perubahan perilaku konsumen pasca-pandemi.
Namun, GOTO berhasil meningkatkan pendapatan bruto sebesar 5,8%, menjadi Rp24,3 triliun dari setahun sebelumnya yang tercatat Rp23,0 triliun. Pertumbuhan ini menunjukkan bahwa meskipun menghadapi tantangan besar, GOTO tetap mampu meningkatkan efisiensi operasionalnya dan mengoptimalkan sumber daya yang dimilikinya.
Melihat perjalanan GOTO yang penuh dinamika, masa depan perusahaan ini masih penuh dengan peluang dan tantangan. Salah satu kunci keberhasilan GOTO di masa depan adalah kemampuan untuk terus berinovasi dan beradaptasi dengan perubahan pasar yang cepat. Selain itu, GOTO juga perlu terus memperkuat ekosistem digitalnya dan memastikan bahwa layanannya tetap relevan dengan kebutuhan konsumen.
Baca Juga : wifi 7 telkomsel
GOTO juga perlu fokus pada upaya mencapai profitabilitas, terutama dengan mengurangi kerugian operasional dan mengelola aset goodwill dengan lebih efektif. Dengan dukungan dari investor dan kekuatan ekosistem yang dimilikinya, GOTO memiliki potensi besar untuk terus tumbuh dan menjadi pemimpin di industri teknologi Indonesia.
GOTO hasil penggabungan antara Gojek dan Tokopedia, telah menjadi salah satu perusahaan teknologi terbesar dan paling berpengaruh di Indonesia. Dengan visi untuk menciptakan ekosistem digital yang holistik, GOTO terus berusaha memenuhi kebutuhan konsumen dan memberdayakan bisnis di seluruh Indonesia. Meskipun menghadapi berbagai tantangan, termasuk kerugian operasional dan penurunan nilai aset goodwill, GOTO tetap menunjukkan pertumbuhan dan potensi besar untuk masa depan.
Dengan strategi yang tepat dan fokus pada inovasi, GOTO memiliki peluang besar untuk terus berkembang dan memainkan peran penting dalam transformasi digital Indonesia. Perjalanan GOTO adalah cerminan dari dinamika industri teknologi yang cepat berubah, dan bagaimana perusahaan harus terus beradaptasi untuk tetap relevan dan sukses di tengah persaingan yang semakin ketat.
Responses (2)