Berita

Gaza Kembali Diserang Israel di Hari Pertama Idul Fitri 1446 H: Ribuan Warga Menderita

26
×

Gaza Kembali Diserang Israel di Hari Pertama Idul Fitri 1446 H: Ribuan Warga Menderita

Share this article

bergasmedia – Hari pertama Idul Fitri 1446 H/2025 M di Jalur Gaza diwarnai oleh serangan udara dan artileri dari Israel, yang menyebabkan jatuhnya banyak korban jiwa dan luka-luka di kalangan warga sipil Palestina. Serangan ini terjadi pada Minggu, 30 Maret 2025, bertepatan dengan perayaan Idul Fitri, yang seharusnnya menjadi momen kebahagiaan bagi umat Muslim di seluruh dunia. Namun, bagi rakyat Gaza, perayaan ini kembali menjadi ajang penderitaan akibat agresi Israel.

Serangan udaara dan artileri Israel di berbagai wilayah Gaza menyebabkan kematian banyak warga Palestina, termasuk anak-anak. Menurut laporan tim medis setempat, sedikitnya 17 orang tewas dalam serangan yang terjadi pada Sabtu (29/3), hanya sehari sebelum Idul Fitri. Sementara itu, pada Minggu (30/3), serangan berturut-turut mengakibatkan tewasnya enam orang di kota Abasan al-Kabira, Khan Younis, serta empat orang lainnya di Qizan an-Najjar.

Secara keseeluruhan, agresi Israel telah menyebabkan lebih dari 50.200 warga Palestina tewas sejak Oktober 2023, mayoritas di antaranya adalah perempuan dan anak-anak. Selain itu, lebih dari 114.095 orang mengalami luka-luka, menambah penderitaan yang luar biasa bagi warga sipil yang tak berdosa.

Gaza telah mengalami kehancuran besar sejak konflik terbaru ini dimulai. Ribuan keluarga terpaksa mengungsi dan tinggal di tenda-tenda darurat, kehilangan tempat tinggal serta orang-orang tercinta mereka. Suasana Idul Fitri yang biasanya penuh kebahagiaan berubah menjadi duka yang mendalam.

Di beberapa wilayah Gaza, warga terpaksa merayakan Idul Fitri dalam kondisi yang sangat sulit. Pasokan makanan semakin menipis, harga kebutuhan pokok melonjak tinggi, dan akses terhadap bantuan kemanusiaan semakiin terbatas. Ameneh Shaqla, seorang pengungsi, mengungkapkan bahwa biasanya ia membuat kue Idul Fitri untuk anak-anaknya. Namun, karena harga yang sangat mahal dan keterbatasan bahan, ia hanya bisa membuat sedikit sebagai simbol kebahagiaan di tengah kesedihan.

Salah satu serangan paling mengerikan terjadi di kamp pengungsi Al-Shaboura di Rafah, yang menewaskan seorang anak Palestina. Serangan lainnya menghantam Jalan Mishtaha di Shujaiya, menewaskan dua warga Palestina dan melukai beberapa lainnya. Bahkan di Al-Mawasi, wilayah yang sebelumnya diklaim Israel sebagai “zona kemanusiaan”, serangan tetap terjadi, menewaskan 10 orang, termasuk lima anak-anak.

Sebuah rekaman yang menyebar di media sosial menunjukkan seorang pria membawa tubuh seorang anak yang masih mengennakan pakaian baru Idul Fitri. Dengan suara putus asa, ia bertanya, “Apa kesalahan anak-anak ini? Mereka tidak melakukan apa-apa.”

Militer Israel melancarkan operasi udara secara besar-besaran di Jalur Gaza sejak 18 Maret 2025. Dalam serangan mendadak tersebut, lebih dari 920 warga Palestina tewas dan lebih dari 2.000 orang mengalami luka-luka. Serangan ini juga menghancurkan kesepakatan gencatan senjata dan perjanjian pertukaran tahanan yang sebelumnya telah disepakati.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menegaskan bahwa operasi militer ini bertujuan untuk “menekan Hamas agar membebaskan sandera.” Ia juga menyatakan bahwa serangan ini bertujuan untuk menghancurkan Hamas secara total. Namuun, realitanya, serangan ini justru menyebabkan lebih banyak korban jiwa di kalangan warga sipil yang tidak bersalah.

 Respons Dunia Internasional

Israel kini menghadapi tekanan hukum internasional. Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) telah mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant atas tuduhan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan. Selain itu, Israel juga menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional (ICJ) atas kebijakan militernya di Gaza.

Namun, di tengah tekaanan internasional, Israel terus melanjutkan operasinya di Gaza. Bahkan, Netanyahu menyebut bahwa mereka akan “mempertahankan kehadiran permanen di beberapa bagian Gaza,” yang semakin memperburuk kondisi di wilayah tersebut.

 Upaya Gencatan Senjata dan Harapan Damai

Di tengah eskalasi konflik, Hamas menyatakan telah menyetujui proposal baru dari Mesir untuk membebaskan lima sandera Israel, termasuk seorang warga negara Amerika-Israel, dengan imbalan pembaruan gencaatan senjata. Usulan ini serupa dengan yang diajukan beberapa minggu lalu oleh utusan khusus AS, Steve Witkoff.

Sebagai imbalan, Hamas menginginkan masuknya bantuan kemanusiaan ke Gaza serta kesepakatan dari Israel untuk merunndingkan tahap kedua gencatan senjata. Israel sendiri telah mengajukan tawaran balasan kepada para mediator, tetapi belum ada keputusan final mengenai kesepakatan tersebut.

Bagi warga Gaza, Idul Fitri tahun 2025 bukanlah perayaan yang penuh kebahagiaan, melainkan hari yang dipenuhi kesediihan dan penderitaan. Serangan Israel yang terus berlanjut telah merenggut ribuan nyawa tak berdosa dan meninggalkan luka yang mendalam bagi para penyintas.

Di tengah kondiisi yang sulit warga Gaza tetap bertahan dengan segala keterbatasan yang ada. Dunia internasional diharapkan dapat mengambil tindakan lebih tegas untuk menghentikan kekerasan ini dan memberikan keadilan bagi rakyat Palestina. Harapan akan perdamaian masih ada, tetapi membutuhkan keberanian dan tindakan nyata dari semua pihak yang peduli terhadap hak asasi manusia dan keadilan global.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *