Bergas Media, Gaza – Setidaknya 30 warga Palestina tewas dalam serangan udara terbaru Israel di Jalur Gaza dalam beberapa hari terakhir. Kementerian Kesehatan di Gaza mengungkapkan, jumlah korban tewas secara keseluruhan sejak Oktober 2023 telah mencapai 45.514 jiwa, dengan lebih dari 108.189 lainnya terluka akibat serangan yang terus berlangsung.
“Pasukan Israel telah melakukan tiga pembantaian keluarga dalam sehari, menewaskan 30 orang dan melukai 99 lainnya,” ungkap Kementerian Kesehatan. Tim penyelamat melaporkan bahwa banyak korban masih terperangkap di bawah reruntuhan, sementara serangan tanpa henti membuat akses bantuan hampir mustahil.
Serangan di Tengah Kecaman Internasional
Israel melanjutkan ofensifnya di Gaza meskipun Dewan Keamanan PBB telah mengeluarkan resolusi yang menyerukan gencatan senjata segera. Konflik ini telah memicu kritik tajam dari komunitas internasional, dengan banyak pihak menuduh Israel melakukan genosida dan blokade kemanusiaan yang disengaja untuk memusnahkan populasi Palestina.
Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus, turut menyuarakan keprihatinannya. Ia mengecam serangan terhadap fasilitas medis di Gaza, termasuk Rumah Sakit Kamal Adwan, yang kini tidak berfungsi setelah serangan Israel. “Rumah sakit di Gaza menjadi medan pertempuran, dan sistem kesehatan berada di ambang kehancuran,” tulis Tedros di platform X.
Tedros juga menyoroti kondisi Rumah Sakit Indonesia dan Rumah Sakit Al-Ahli yang mengalami kerusakan parah akibat serangan, menyerukan penghentian serangan terhadap fasilitas kesehatan. “Gencatan senjata diperlukan untuk memberikan akses kesehatan kepada warga Gaza,” tegasnya.
Penderitaan di Musim Dingin
Di tengah serangan yang terus berlangsung, Jalur Gaza kini menghadapi cuaca ekstrem berupa hujan deras dan angin kencang yang memicu banjir di sejumlah wilayah pengungsian. Tenda-tenda pengungsi Palestina di Jalur Gaza, yang telah menjadi tempat tinggal sementara bagi ribuan warga akibat kehancuran rumah mereka, terendam banjir. Hujan deras dan angin kencang menyebabkan beberapa tenda robek atau bahkan tertiup angin sepenuhnya.
Hal ini memperparah kondisi kemanusiaan di Gaza, dengan banyak pengungsi terpaksa tetap terjaga sepanjang malam untuk melindungi anak-anak mereka dari ancaman banjir dan udara dingin yang menusuk. Dalam beberapa hari terakhir, cuaca beku dilaporkan telah menyebabkan tujuh orang meninggal dunia, enam di antaranya adalah anak-anak. Ketakutan melanda para orang tua, terutama bagi anak-anak kecil dan lansia, yang rentan terhadap kondisi ekstrem ini.
Iyad Abu Awdah, seorang pengungsi di tenda pengungsian Stadion Yarmouk, menggambarkan tragedi ini sebagai “bencana nyata.” Ia kehilangan putranya yang berusia sembilan tahun, Ibrahim, setelah tubuhnya ditemukan basah kuyup dan kedinginan di dalam tenda yang kebanjiran. “Tragedi yang kita alami setiap menit sangat sulit, dan seluruh dunia harus turun tangan agar kondisi kehidupan kita menjadi lebih baik,” serunya.
Kepanikan Anak-Anak di Tengah Petir dan Serangan
Banyak anak-anak di Gaza kini mengalami trauma mendalam. Suara petir yang menggelegar sering kali disangka sebagai ledakan bom oleh mereka, memicu kepanikan di tengah malam. Selain itu, para pengungsi menghadapi kekurangan makanan, air, dan kebutuhan dasar lainnya, termasuk selimut dan alat pemanas.
Yahya Ghabn, seorang pengungsi di kamp Ash-Shati, mengatakan bahwa keluarganya berjuang melawan dinginnya malam di dalam tenda yang minim perlindungan. “Kami hidup seperti orang yang kehilangan segalanya,” kata istrinya, Iman, sambil memeluk bayinya yang baru berusia satu tahun.
Tanggung Jawab Hukum dan Blokade Israel
Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) telah mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu atas dugaan kejahatan perang di Gaza. Israel juga menghadapi gugatan atas kasus genosida di Mahkamah Internasional.
Blokade Israel terhadap pengiriman bantuan kemanusiaan memperburuk krisis. Pengungsi yang terpaksa tinggal di tenda menghadapi serangan langsung dari artileri Israel, memperkuat tuduhan genosida yang dilakukan secara sistematis terhadap penduduk Gaza.
Seruan untuk Aksi Global
Komunitas internasional mendesak penghentian segera kekerasan dan pembukaan jalur bantuan kemanusiaan ke Gaza. Namun, hingga saat ini, situasi di lapangan tetap memburuk dengan tidak adanya tanda-tanda penghentian kekerasan.
Response (1)